Tittle:
Misconception
Author:
gdyassi
Genre:
AU, romance, fluff, school-life
Rating:
G
Length:
Ficlet
Cast: - Go Hyerin
- Jeon Jungkook
.
.
.
Ternyata
setelah ku cek satu persatu, kotak sial berwarna merah dan berpita ini terdapat
di setiap sudut laci bangku.
.
.
.
Debu
berterbangan disekitar sepatuku. Sembari terbatuk-terbatuk, kubersihkan secara
sembarangan menggunakan telapak tanganku. Kenapa dengan hari ini? Aku masih
bisa memaklumi banyak debu di siang hari, namun ini masih pagi hari. Aku bahkan
baru saja melangkahkan kakiku memasuki gerbang sekolah yang tampaknya sekarang
sedang dalam keadaan terkunci. Lihat kan? Gerbang sekolahku saja masih terkunci
karena masih sangat pagi buta, tetapi mengapa sudah ada debu di kedua sepatuku?
Apa debu-debu ini saat ini telah menemukan terobosan baru untuk berkeliaran di
pagi hari? Ah, sebaiknya aku berhenti membahas tentang debu dan mulai memanggil
penjaga sekolah untuk membukakan pintu gerbang.
“Pak,
bukankah ini sudah saatnya membuka gerbang?” Tanyaku dengan suara lantang
kepada penjaga sekolahku yang sedang berjalan kearahku. Diiringi senyuman
termanis tentunya.
“Kau
telat, Nona. Kenapa aku harus membukakan gerbang untukmu?”
Sontak
saja senyuman yang tadinya menghiasi paras manisku berganti menjadi ekspresi
yang mungkin siapapun tak akan mau melihatnya. Maafkan aku Pak Penjaga telah
membiarkanmu melihat ekspresiku.
“B-bagaimana
aku bisa telat, Pak? Jamku bahkan masih menunjukkan pukul 6.15!” Ujarku sambil
mengangkat pergelangan tanganku bermaksud memperlihatkan jam tanganku.
“Mungkin
kau perlu mengganti baterainya.”
Sial.
Sepertinya
aku memang harus.
***
Setelah
memohon dan hampir berpura-pura meneteskan air mata, akhirnya aku diberi izin
untuk memasuki sekolah. Sial. Hari pertama aku masuk sekolah saja seperti ini.
Semoga ini bukan awal yang buruk. Kalian salah jika berfikir ini adalah hari
pertamaku bersekolah di sekolah ini dan aku pindahan dari sekolah lain, itu
benar-benar salah karena hal itu adalah hal termainstream yang pernah ku tahu. Dan tentunya aku tak senang dengan
hal-hal yang memliki aroma mainstream.
Ini hari pertamaku sekolah setelah liburan musim panas.
Sesudah
memasuki ruang kelasku, mataku langsung tertuju pada sebuah bangku kosong.
Bukan, bukan sebuah bangku kosong yang angker. Bangku itu adalah bangku ku.
Tempatku menulis beberapa kutipan dari buku pelajaran untuk kubaca saat sedang
ulangan harian. Pandanganku kemudian tertuju pada seseorang dibelakangnya yang
saat ini mengarahkan senyumannya padaku. Membuatku sedikit terkejut.
Jeon
Jungkook.
Hanya
teman sekelas. Tidak lebih. Yah, mungkin dimatanya aku hanya seperti itu. Tapi
tidak denganku. Jungkook adalah… bagaimana anak jaman sekarang menyebutnya? Crush? Kurang lebih seperti itu. Dia
spesial. Kemampuannya dalam berbagai macam hal itu adalah bonus. Tapi,
senyumannya… kau harus melihatnya sendiri agar bisa mendefinisikan.
Oh,
aku bukanlah seorang gadis yang hanya akan melihatnya dari jauh tanpa usaha
apapun. Maksudku, aku memang tak berusaha untuk menyatakan perasaanku padanya,
namun aku hanya berusaha mendekatinya. Menjadi teman baiknya. Sebelum liburan
kemarin, setiap malam aku dan Jungkook selalu berkirim pesan. Daripada membahas
hal-hal romantis dan menggombal satu sama lain, kami malah lebih sering
membahas hal-hal yang aku dan dia gemari. Seperti film, game, dan banyak lagi.
Tetapi, setelah masa liburan datang, mendadak tak ada satu pesanpun darinya.
Aku benar-benar kesal saat itu padanya, dan tiba-tiba temanku memberitahuku
jika Jungkook beserta keluarga pergi ke luar negeri. Terus terang, saat itu aku
menangis layaknya orang yang kehilangan akal. Aku pikir Jungkook tak akan
kembali ke Korea dan menetap di luar negeri, nyatanya saat ini pemuda itu tengah
mengumbar senyum mematikannya kepadaku. Aku rugi beberapa milliliter air mata.
“Go
Hyerin, aku tau kau telat tetapi aku tak menyuruhmu untuk berdiri disitu
seharian.”
Ucapan
Kang Sonsaengnim mengalihkan
pandanganku. Seketika kedua kakiku melangkah ke tempat dudukku.
“Long time no see, Hyerin-ah.”
***
Bel
istirahat telah berbunyi. Semua teman kelasku menghambur ke kantin sekolah. Tak
terkecuali teman sebangkuku. Benar-benar menyebalkan. Bagaimana gadis itu
meninggalkanku berdua dengan Jeon Jungkook di kelas? Ya, kebetulan sekali
Jungkook saat ini tengah tertidur pulas di bawah mejanya. Aku bisa-bisa mati
gaya. Memang kuakui, aku terlihat sangat akrab dengan Jungkook saat berkirim
pesan. Namun tidak di dunia nyata. Kami— maksudku, Aku yang sedikit canggung
jika berbicara dengannya. Aku bahkan tak mampu untuk sekedar membuat kontak
mata.
Aku
bangkit dari kursiku lalu menuju mejanya dan berjongkok untuk sedikit menyamai
posisinya. “Jungkook-ah! Bangunlah!
Apa kau tak ingin ke kantin?”
Jungkook
terlihat menggeliat kecil. Sesaat setelah itu, pelupuk matanya terbuka dan
kedua bola matanya menjadi berbinar ketika menatapku. Well, mungkin karena sinar matahari? Sifat terlalu percaya diri
harus dimusnahkan, girls. Jungkook
terjaga. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, tangannya merogoh kantong
celananya. Diapun berhasil mendapatkan sesuatu berbentuk kubus dari sana.
“Untukmu.”
Ujarnya singkat sembari meraih tanganku dan menempatkan benda itu di telapak
tanganku. Didetik berikutnya, Jungkook kembali terlelap.
Apakah
Jungkook baru saja memberiku sebuah kotak berwarna merah dan terdapat pita
manis diatasnya? Apakah ini berarti tandanya dia juga memiliki perasaan yang
sama denganku selama ini? Apakah kini aku dan Jungkook resmi berpacaran? Apaka—
Imajinasi-imajinasi
gilaku terhenti seketika saat melihat kotak yang sama persis dengan milikku
kini tengah berada di laci bangku Jung Haein. Teman sebangkuku. Apa maksud
Jungkook? Dia menyukaiku dan Haein sekaligus lalu memutuskan memberi hadiah
yang sama kepada kami berdua? Apa yang ada di otak bocah bernama Jungko—
Apa itu? Kotak yang sama persis lagi dibangku
Kim Hyunmi? Aku merasa ada yang tidak benar. Benar saja. Ternyata setelah ku
cek satu persatu kotak sial berwarna merah dan berpita ini terdapat di setiap
sudut laci bangku.
***
Saat kelas sudah sepi karena bel pulang telah
berbunyi, ku ambil hadiah pemberian Jungkook dari dalam tasku. Dengan rasa
kesal yang masih membara di dada, kubuka kotak itu. Terdapat sebuah kalung
berwarna perak. Sangat indah dan benar-benar seleraku. Liontinnya berbentuk
hati dan bahkan terdapat tulisan ‘I Love
U’ disana, DAN JEON JUNGKOOK MEMBERIKAN SEMUA ORANG KALUNG INI? BAHKAN
TEMAN LAKI-LAKI JUGA! Apakah ini tidak keterlaluan?
“Hyerin-ah,
kenapa belum pulang juga?” Sesorang dari balik jendela kelas yang kebetulan
tepat disampingku tiba-tiba bertanya. Dialah Jung Haein.
Karena aku masih terkesan dengan kalung itu
dan berujung tak sempat menjawab pertanyaannya, Ia kembali membuka mulutnya.
“Woah, neomu yeppeo!” Seru Haein saat
matanya menatap benda yang berada ditanganku.
“Bukankah kau juga dapat?”
“Hm?” Haein sepertinya tak paham maksudku.
“Ini hadiah dari Jungkook.” Jelasku.
“Bukankah kau juga dapat?”
“Jungkook memberiku sebuah gantungan kunci
berbentuk papan selancar seperti yang lainnya. Aish, bocah itu. Kenapa dia
memberimu hadiah yang berbeda?”
Jadi Jungkook…
“Bagaimana? Kau suka?”
Aku masih terkejut karena ucapan Haein
beberapa detik yang lalu, dan saat ini sudah muncul seseorang yang malah
membuatku lebih kaget. Sekaligus membuat jantungku berdetak lebih cepat. Siapa
lagi jika bukan pemberi kalung ini.
Jungkook tersenyum kemudian berjalan kearahku
sembari memasukkan kedua tangannya ke kantong celana seragamnya. “Mau
kupasangkan?”
END
Komentar
Posting Komentar